Setiap kenaikan, apa pun, di dunia ini kita seakan tidak pernah mendapat keuntungan (sepeserpun?).
Dolar naik, kita stress
Karet naik, kita kebagian pusing
Minyak naik, kita nimbrung demo
Tetangga naik pangkat, kita repot merampot
Presiden naik, kita sibuk nurunin :)
Semua naik, kita turun.
Padahal, kita ini negara kaya, gemah ripah loh jinawi, subur makmur, kok (masih) mau jadi bubur. Padahal!
Zaman tidak pernah sepi dari ulama, penyair, dan cendekiawan yang cerdik, tapi sesat! Pelbagai mazhab aliran menceraiberaikan mereka. Padahal kesatuan pendapat itu, menjadi tujuan inti. Mereka mengajar seekor singa untuk berlari menyerupai biawak. Mereka menghapus dongeng-dongeng lama perihal seekor singa. Mereka memang suka memperbudak orang lain dan, menipu diri sendiri. (M. Iqbal)
Settingan otak kita seakan terjadwal untuk menjadi pengekor, kalah, dizolimi, pecundang, dengki. Seolah hidup ini diatur oleh insan lainnya. Seolah diri menjadi hamba sahaya bagi tuan raja. Seolah dengan perubahan “di luar”, semua menjadi kiamat. Ah, sudahlah...
Kayaknya kita perlu memulai menjadi “bangsa produsen”, dari diri sendiri lebih baik. Memproduksi dan mengeksploitasi potensi yang kita miliki. Olah ide, resapi makna, keluarkan potensi, muntahkan aksi, ikat dan sebarkan lewat nge-blog. Menjadi produktif lewat blog. Akhirnya…
Jadilah direktur, guru, gubernur, kepala desa, pns, cleaning service, sopir, pengusaha, yang juga seorang blogger. Tidak peduli apa status sosial anda, menulislah, berbagilah lewat blog. Hanya berbagi…
*Tulisan ini hanya pecahan puzzle di benak. Bila ada kesamaan kondisi dan situasi, percayalah itu bukan rekayasa. Itu fakta :)
Dolar naik, kita stress
Karet naik, kita kebagian pusing
Minyak naik, kita nimbrung demo
Tetangga naik pangkat, kita repot merampot
Presiden naik, kita sibuk nurunin :)
Semua naik, kita turun.
Padahal, kita ini negara kaya, gemah ripah loh jinawi, subur makmur, kok (masih) mau jadi bubur. Padahal!
Zaman tidak pernah sepi dari ulama, penyair, dan cendekiawan yang cerdik, tapi sesat! Pelbagai mazhab aliran menceraiberaikan mereka. Padahal kesatuan pendapat itu, menjadi tujuan inti. Mereka mengajar seekor singa untuk berlari menyerupai biawak. Mereka menghapus dongeng-dongeng lama perihal seekor singa. Mereka memang suka memperbudak orang lain dan, menipu diri sendiri. (M. Iqbal)
Settingan otak kita seakan terjadwal untuk menjadi pengekor, kalah, dizolimi, pecundang, dengki. Seolah hidup ini diatur oleh insan lainnya. Seolah diri menjadi hamba sahaya bagi tuan raja. Seolah dengan perubahan “di luar”, semua menjadi kiamat. Ah, sudahlah...
Kayaknya kita perlu memulai menjadi “bangsa produsen”, dari diri sendiri lebih baik. Memproduksi dan mengeksploitasi potensi yang kita miliki. Olah ide, resapi makna, keluarkan potensi, muntahkan aksi, ikat dan sebarkan lewat nge-blog. Menjadi produktif lewat blog. Akhirnya…
Jadilah direktur, guru, gubernur, kepala desa, pns, cleaning service, sopir, pengusaha, yang juga seorang blogger. Tidak peduli apa status sosial anda, menulislah, berbagilah lewat blog. Hanya berbagi…
*Tulisan ini hanya pecahan puzzle di benak. Bila ada kesamaan kondisi dan situasi, percayalah itu bukan rekayasa. Itu fakta :)
Tag :
Opini
0 Komentar untuk "Usaha Kita Bangsa Konsumen"