Usaha Kita Sebuah Upaya Melahirkan Postingan

Ancang-ancang selesai tahun, Masehi-Hijriah.

Dari banyak sekali kolom di banyak sekali koran, aku memiliki beberapa favorit. Di Kompas, aku senang mengikuti Eep Syaifullah, Indra J. Piliang dan Budiarto Shambazy. Di SINDO, aku tidak melupakan membaca Emha Ainun Najib, dan sesekali Habiburrahman El-Shirazy. Di Republika, aku senang dengan rubrik Resonansi-nya yang selalu segar dan bermutu. Nah, Jum'at kemarin, Saya tertarik dengan goresan pena Zaim Uchrowi, Direktur Balai Pustaka, yang membuatkan virus optimisme. Pemirsa, berikut postingannya...

Harus Bisa! Itu bukan undangan pelatihan motivasi. Itu ungkapan yang diyakini dan dijalankan sehari-hari di sebuah grup penerbitan yang dinahkodai dan dikembangkan oleh seorang penggembala kambing. Ungkapan 'harus bisa' itulah yang menyulap perusahaan tersebut menjadi salah satu grup media terbesar di Indonesia. Grup itu Jawa Pos.

Si penggembala kambing itu Dahlan Iskan. 'Harus bisa' sebagai resep keberhasilan diungkap oleh Misbahul Huda. Ia salah satu tokoh kunci grup tersebut. Huda percaya bahwa bangsa ini bisa lebih maju dari banyak bangsa lain di dunia. Ia sebut Singapura. Negara kota itu ketika ini secara finansial bisa membeli negara Indonesia. Malaysia yang ingin 'diganyang' Soekarno di tahun 1960-an sekarang menjadi negara daerah jutaan TKI menggantungkan kehidupan. Lalu bangsa macam apakah kita sekarang ini?

Bangsa ini bisa, dan harus bisa, maju ibarat bangsa-bangsa lain di dunia. Kuncinya: keyakinan bahwa diri sendiri bisa maju, dan sanggup menghadapi tantangan apa pun, seberat apa pun. Huda, beserta seluruh tim di lingkungannya, telah mengambarkan itu. Selama lima tahun ia harus jungkir balik menjadi teknisi percetakan sendirian. Siang-malam ia tangani pekerjaan jam berapa pun diperlukan.

Tanpa hitungan lembur, tanpa kompensasi apa pun. Ia sisihkan rasa malasnya. Ia buang rasa gengsinya sebagai ustadz yang juga alumnus cumlaude elektro UGM. Dengan semangat maju dan kerja keras, banyak sekali hal yang semula mustahil berhasil ia atasi. Hal-hal yang semula dipandang impossible, telah menjadi possible.

Berbagai kesulitan yang tak bisa dipecahkan para hebat asing, dipecahkan oleh timnya sendiri. Para lulusan STM. Pabrik kertas yang dikelolanya menjadi satu-satunya pabrik kertas di Indonesia yang tak mempekerjakan tenaga asing. "Nothing is impossible if you believe in Allah," kata Huda. Ia paparkan keyakinan yang didasarkan pada pengalamannya sendiri dalam sebuah buku. Judulnya, 'Mission Ini Possible'. Suku kata 'im' dalam kata 'impossible', ia ganti dengan 'ini'. Ringkasnya, anggapan 'tak mungkin' ia ganti dengan 'mungkin'. 'Tak bisa' ia ganti dengan 'bisa'.

Penggantian 'tak bisa' menjadi 'bisa' itu bukan sekadar pemelesetan kata. Lebih dari itu, penggantian tersebut juga bermakna sebagai pembalikan cara pandang dan sikap hidup. Hal yang terkait dengan budaya masyarakat, dan bahkan pemahaman keagamaan. Misalnya, cara pandang alon-alon waton klakon.

Biar lambat asal selamat. Hati-hati dan waspada harus tetap dijaga. Namun, hati-hati bukan berarti harus pelan. Sebaliknya tetap harus cepat. Cara pandang lama ibarat itu dimintanya semoga dibongkar. Di lingkungannya, semua orang harus berjalan cepat. Jalan cepat menjadi cermin sikap cepat pula.

Begitu pula cara pandang pada paham keagamaan. Dalam pendekatan keagamaan yang lazim, kemiskinan atau dhuafa yaitu hal yang dimaklumi. Yang diharapkan cuma menyantuni. Pendekatan 'harus bisa' justru mengajak, bila perlu memaksa, para dhuafa untuk mengatasi masalahnya sendiri. "Miskin itu (berpotensi) dosa," tulis Huda.

Jangan gemar disantuni. Jangan menempatkan tangan di bawah, kecuali dalam urusan ilmu. Perkuat keyakinan. Singkirkan malas dan gengsi. Terus mencar ilmu dan bekerja keras. Hapuskan rasa putus asa dan tidak bisa. Jangan sesali apa pun, dan marah pada apa pun. Jangan kecewa bila belum berhasil. Perkuat syukur dan sabar. Seluruh duduk perkara secara bertahap akan teratasi.

Berulang kali cara pandang semacam ini diperdengarkan oleh mereka yang sungguh-sungguh peduli pada bangsa ini. Namun, kita perlu untuk terus mendengar dan mendengar lagi undangan semacam ini sampai mentalitas bangsa dan umat ini benar-benar berubah secara mendasar. Hanya dengan jalan demikian bangsa dan umat ini menjadi bangsa dan umat yang berjaya.
Tag : Dahlan Iskan
0 Komentar untuk "Usaha Kita Sebuah Upaya Melahirkan Postingan"

Back To Top