Tidak ada hal yang lebih buruk daripada seorang perjaka yang pesimis. (Mark Twain)
Demam K-Pop melanda negeri dan sekarang Gangnam Style menjadi puncaknya. Bahkan Britney Spears dan Siti Nurhaliza sangat mengidolakannya. Di sana-sini orang asyik membicarakannya, terlebih di sosial media. Di Youtube, hampir dua ratus juta orang telah melihat dan membaginya. Ini berarti lebih dari 3 kali lipat dari penduduk di negerinya sendiri. Wow...
Pertanda apa ini, nasionalisme yang tergerus budaya pop luar?
Di tahun 2012 ini, selama 6 bulan, aku dengan rekan-rekan Borneo Blogger Community dipercaya dalam agenda edukasi buat para penduduk yang berbatasan eksklusif dengan Malaysia. Kami ingin mendengar dongeng perihal patok yang bergeser atau bendera putih setengah tiang eksklusif dari mereka—warga perbatasan. Kami melatih mereka untuk membuatkan segala dongeng perihal mereka di perbatasan dari kacamata mereka. Fakta asli dari tangan pertama. Bukan informasi seken. Hehehe. Medianya, bisa lewat blog atau sosial media lainnya.
Selama ini, nasionalisme masyarakat perbatasan dipertanyakan lewat bangunan opini dari “Jakarta”. Tanpa pernah tahu bahwa sedari kecil masyarakat lebih mengenal TV3 daripada TVRI, apalagi RCTI. Tanpa pernah tahu bahwa sedari kecil, penduduk lebih erat dengan gula Malaysia ketimbang gula lokal. Lebih mengenal band Iklim daripada Dewa. Dan, dan, dan ketidaktahuan lainnya yang menyebabkan bias opini.
Dari dua fenomena di atas terlihat kita kadang terlalu terburu-buru men-judge nasionalisme anak muda (masa kini) tanpa mau tahu apa motivasi di baliknya.
Setiap orang—apapun strata sosial, lokalitas, umur, pendidikannya, membutuhkan ruang untuk berkreasi, bersosialisasi dan berpendapat. Fitrah sebagai makhluk sosial. Semua butuh berekspresi. Hak asasi yang melekat pada setiap orang.
Jadi, bagaimana kita menyikapinya?
Bagi aku sendiri, nasionalisme bukanlah benda mati. Dia tumbuh dan hidup sesuai perkembangan jaman. Wujud nasionalisme tidak lagi berbentuk bambu runcing! Ekspresi kecintaan pada Indonesia akan mengadaptasi perkembangan jaman. Dan sekarang, jaman 2.0 bro!
Makhluk apa itu 2.0? Mungkin itu pertanyaan orangtua kepada anaknya. Meski HP di tangan sedang ber-twitter-ria, agak gelagapan juga menjawabnya. Nih, aku bagi contekannya. Era 2.0 ialah sebuah upaya untuk menggantikan 1.0, yang ditandai hadirnya interaksi lewat sosial media di dunia maya yang sudah menjadi kebutuhan. Era 2.0 ini memiliki beberapa ciri mencolok yaitu share, collaborate dan exploit. Implementasi praktisnya, dunia maya kini tidak hanya digunakan sebatas browsing, yang bersifat satu arah, tapi juga berjejaring.
Di jaman 2.0 yang serba berjejaring ini, anak muda bergerilya tidak lagi dengan bambu runcing. Di tangan mereka ada Blog, Youtube, Facebook, dan Twitter. Nah, ‘alat perang’ ini akan memiliki kegunaan jika dipakai di tangan dan waktu yang sempurna tentunya. Man behind gun, kata populernya gan.
Nah, sudah mulai ketemu benang merahnya kan? :)
Kita juga tak menutup mata, bahwa di masa 2.0, kawula muda menjadi pasar empuk bagi produk asing. Kita gagap menggunakan sosial media untuk acara produktif. Tak jarang, kita hanya menjadi konsumen pasif ketimbang produsennya. Kita hanya menjadi penikmat budaya luar tanpa mengetahui hebatnya budaya yang kita punya. The Raid menjadi buktinya. Bila dipoles sedemikian rupa, seni beladiri silat pun bisa memikat jutaan pasang mata.
Alih-alih mengutuk kegelapan, lebih baik segera nyalakan lilin, menyerupai Raisa. Kenal dengan Raisa kan? Itu lho, salah satu penyanyi muda yang lagi naik daun. Penyanyi mengagumkan yang gres saja menelurkan album perdananya ini ingin memulai sebuah gerakan sosial untuk mengembalikan pujian pada negeri ini, lewat media 2.0 tentunya. Gerakan yang digagas Indosat ini mengajak kawula muda menawarkan nasionalismenya eksklusif lewat video, tanpa seremoni dan basa basi.
Bentuknya sederhana, Raisa ingin mengajak segenap perjaka Indonesia, ya kita-kita, untuk gotong royong menyanyikan lagu “Bagimu Negeri” sebagai salah satu bentuk kepedulian pada negeri ini.
Caranya, daftar diri kamu-kamu ke Soul of The Nation dan upload video kalian, sendiri atau bareng teman-teman, yang sedang menyanyikan lagu Bagimu Negeri. Jangan lupa untuk share ke sobat teman, semoga makin banyak yang ikutan gerakan social ini.
Kompilasi video akan ditayangkan pada tanggal 30 September 2012 di stage Indosat pada agenda Java Soulnation 2012 di Istora Senayan Jakarta. Wuih, tak bisa dibayangkan betapa panasnya agenda ini nanti. Semoga efek viralnya bisa seheboh Gangnam Style.
Ayo kita tebar pujian pada negeri ini, dengan cara kita, cara 2.0. Buruan...
0 Komentar untuk "Usaha Kita Fenomena Perbatasan, Gangnam Style dan Nasionalisme 2.0"