Pada sebuah proyek rehabilitasi skala besar, Walikota memerintahkan semoga penyelesaiannya dikebut sebab menyangkut kehidupan orang banyak dan dalam waktu akrab Presiden diagendakan meninjau lokasi.
Sigap dengan perintah Pak Wali, pengawas lapangan memantau pekerja yang lembur sampai malam. Dia berkeliling ke seluruh lini proyek.
Pada suatu hari, di tengah kelelahan mengawasi proyek, sang pengawas tidak menyadari beberapa langkah di depannya telah terbentang kabel listrik tegangan tinggi.
Para pekerja yang melihat itu berusaha mengingatkannya, mereka berteriak memanggil namanya. Berulang kali mereka meneriakkan namanya namun percuma, bunyi mereka hilang ditelan deru mesin dan alat berat proyek.
“Pletok!”
Tiba-tiba sebuah kerikil mendarat sempurna di kepala pengawas itu. Dia mengaduh kesakitan lalu berusaha mencari siapa yang berani melempar kerikil tersebut.
Dia melihat seorang pekerja melambaikan tangan dan menunjuk-nunjuk ke arah kakinya. Alangkah terkejutnya pengawas itu, beberapa langkah di depannya melintang kabel yang siap merenggut nyawanya.
Seketika itu juga niatnya untuk memarahi pekerjanya, berganti rasa syukur yang teramat sangat.
Pernahkah kita terkena "lemparan batu" (cacian, makian, kemarahan, ancaman, bahkan sanjungan sekalipun) dalam hidup ini? Disadari atau tidak, lemparan kerikil itu sering kali menyelamatkan kita dari ancaman yang lebih besar, menyerupai kisah inspiratif di atas. Bahkan tak jarang sebab lemparan kerikil itu kita terpacu untuk bekerja lebih optimal. Karena sadar ada "sesuatu" di balik lemparan batu.
Seringnya dilempar sindiran. Thomas Edison memutuskan keluar dari sekolah dan berguru dari rumah. Alhasil, hampir seribu penemuan gres dihasilkannya.
Abraham Lincoln, Walt Disney, Newton, Oprah Winfrey, Michael Jordan dan nama-nama besar lainnya, harum namanya sampai kini. Pertanyaannya, pernahkah dan beranikah kita mendapatkan “lemparan batu” dalam bisnis dan kehidupan?
Sigap dengan perintah Pak Wali, pengawas lapangan memantau pekerja yang lembur sampai malam. Dia berkeliling ke seluruh lini proyek.
Pada suatu hari, di tengah kelelahan mengawasi proyek, sang pengawas tidak menyadari beberapa langkah di depannya telah terbentang kabel listrik tegangan tinggi.
Para pekerja yang melihat itu berusaha mengingatkannya, mereka berteriak memanggil namanya. Berulang kali mereka meneriakkan namanya namun percuma, bunyi mereka hilang ditelan deru mesin dan alat berat proyek.
“Pletok!”
Tiba-tiba sebuah kerikil mendarat sempurna di kepala pengawas itu. Dia mengaduh kesakitan lalu berusaha mencari siapa yang berani melempar kerikil tersebut.
Dia melihat seorang pekerja melambaikan tangan dan menunjuk-nunjuk ke arah kakinya. Alangkah terkejutnya pengawas itu, beberapa langkah di depannya melintang kabel yang siap merenggut nyawanya.
Seketika itu juga niatnya untuk memarahi pekerjanya, berganti rasa syukur yang teramat sangat.
***
“Boleh jadi kau membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kau menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Yang Mahakuasa mengetahui sedang kau tidak mengetahui” (Al-Baqarah: 216)
Pernahkah kita terkena "lemparan batu" (cacian, makian, kemarahan, ancaman, bahkan sanjungan sekalipun) dalam hidup ini? Disadari atau tidak, lemparan kerikil itu sering kali menyelamatkan kita dari ancaman yang lebih besar, menyerupai kisah inspiratif di atas. Bahkan tak jarang sebab lemparan kerikil itu kita terpacu untuk bekerja lebih optimal. Karena sadar ada "sesuatu" di balik lemparan batu.
Seringnya dilempar sindiran. Thomas Edison memutuskan keluar dari sekolah dan berguru dari rumah. Alhasil, hampir seribu penemuan gres dihasilkannya.
Abraham Lincoln, Walt Disney, Newton, Oprah Winfrey, Michael Jordan dan nama-nama besar lainnya, harum namanya sampai kini. Pertanyaannya, pernahkah dan beranikah kita mendapatkan “lemparan batu” dalam bisnis dan kehidupan?
0 Komentar untuk "Usaha Kita Lemparan Batu dalam Hidup? Marah atau Bersyukur"