Usaha Kita Maaf, Kesalahan Ada Pada TV (atau) Anda?

Awalnya, setelah menonton TV malam ini, ingin (pake sekali, jadi: ingin sekali) menulis wacana Indonesia Lawyer Club vs Indonesia Lawak Club. Tapi... setelah dipikir-pikir, apa sih pentingnya? Saya hanya terjebak mengutuk para pengutuk—tanpa aku sadari, diri aku bab dari para pengutuk.

Ya, setelah bertahun-tahun menjadi program “debat tanpa akhir” yang fenomenal, kini ILC mendapat tandingan seimbang lewat acara: Indonesia Lawak Club. Dan punggawa kocak Padhyangan, Denny Chandra, berhasil memungkasi dengan jenaka: “Menyelesaikan dilema tanpa solusi!” #Jleb. Saya tidak tahu, apakah ini menyindir program serupa ataukah menjadi tagline program sendiri.

Ah, sudahlah...


siaran bencana di tv indonesia

Awalnya ingin sekali mengangkat wacana bencana alam yang tiada henti menimpa negeri. Jakarta, diberi hujan kebanjiran. Pontianak, diberi panas kekeringan. Semua menjadi panik. TV menyiarkan kepanikan itu secara berulang. Dramatis, lengkap dengan headline dan theme song mencekam. Lengkap sudah penderitaan. Saya jadi berpikir, gimana kalo kita dikasih 4 musim? Stressnya 4 kali dalam setahun. Mungkin.


Ah, sudahlah...

Seorang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan; Seorang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan.

Ingin, ingin, ingin sekali menulis wacana itu semua. Tapi dikala melihat anak aku mengigau wacana film Ultraman, Power Rangers, atau sosok perkasa lain yang ditontonnya melalui TV dan Youtube (sendirian, jarang aku dampingi). Saya mencicipi hal serupa. Ternyata, asupan tontonan mengakibatkan hari-hari kita diwarnainya. Berapapun bilangan umurnya.


Dan percayakah anda—sadar atau tidak, tontonan TV itu, sedikit banyak, telah menghadirkan pesimisme, sinisme, apatisme kita. Belum berjama’ah memang, tapi terlihat membengkak. Siapa yang salah?


Dan, aku berharap pihak media TV segera tobat. Karena, aku pernah membaca bahwa, laksana rokok, ada seorang praktisi TV yang melarang anaknya menonton TV. Saya juga sangat berharap Komisi Penyiaran Indonesia ada meski di ambang ketiadaan—macan yang mampu menggigit meski tak bertaring. Biar tidak ada lagi, buruk muka, cermin dibelah. Karena kita tahu, cermin yang ada sudah menyempurna. Semoga.

- Mungkin link di bawah ini mampu sedikit membantu menyamakan frekuensi.
Peliputan Bencana di Indonesia dan Jepang dalam Kerangka Jurnalisme Bencana
Tag : Penyiaran, TV
0 Komentar untuk "Usaha Kita Maaf, Kesalahan Ada Pada TV (atau) Anda?"

Back To Top