Manusia bijaksana akan lebih banyak menciptakan kesempatan dibanding menemukannya. (Francis Bacon)1 juta rupiah perhari! Demikian ungkap seorang penjual cappuccino cincau yang gres aku kenal ketika disinggung omsetnya. Saya tertarik bertanya soal omset kala aku melihat kesibukan penjual melayani pembeli. Asistennya pun tak mampu bebas ber-SMS-ria alasannya pembeli tak henti menyinggahi.
Percakapan ini terjadi setengah tahun lalu. Jauh sebelum minuman ini booming di Pontianak. Percakapan yang terjadi ketika aku menyelingi pertemuan dengan salah satu kesatuan di Supadio.
Kini minuman ini kian menjadi primadona masakan kaki lima di Pontianak, terlebih di bulan Ramadhan ini. Setiap 10 meter, tak kurang ada satu penjual cappuccino cincau ini.
Dalam hati, aku membenarkan feeling aku yang berkata kelak minuman ini akan jadi favorit. Jujur, sempat tergerak untuk membuka masakan serupa di depan toko komputer PASS. Karena ada space yang tersisa dan itu mampu dimanfaatkan. Dari sore sampai malam.
Saya membayangkan jika menangkap peluang itu sedini mungkin, tentu aku akan menjadi pemimpin pasar dan mampu membiakkannya secepat mungkin. Sebelum jenuh. Lumayan buat pundi-pundi untuk diputarkan di bisnis inti: Toko Komputer PASS Pontianak dan Warnet.
Tapi apa daya, alasannya terlalu memikirkan ‘kerepotan’ yang muncul, cita-cita itu terbengkalai.
Peristiwa serupa mengingatkan aku terhadap fenomena dejavu Sendal Lucu beberapa waktu lalu. Sebelum meledak fenomena sendal imut itu, aku sudah berniat mengambil peluang itu. Namun, alasannya terkendala modal yang masih minim, aku urung action. Dan muncullah berita, ada distributor yang beromset ratusan juta rupiah dari sendal lucu tersebut.
Dua peluang usaha yang pupus alasannya satu hal—beda kendalanya. Dan, aku tidak berharap ada peluang ketiga yang aku luput menyapanya...
Tag :
Peluang Usaha,
Toko komputer
0 Komentar untuk "Usaha Kita Peluang Usaha itu Selalu Menyapa, Meski Kita Kadang Abai"