Usaha Kita Utang itu berjulukan Janji

Berkali-kali, berbulan-bulan, niat menulis 4 kali dalam sebulan luput. Janji yang telah aku tuturkan belum bisa aku tunaikan. Berbuah utang jadinya. Maaf.

Bak anggota dewan, kesepakatan tinggallah janji. Bedanya tanpa sanksi. Yang ini, dewan juga demikian. Jadi...

Sanksi moral setidaknya.

Ya, semuanya berawal ketika aku sedang membangun rumah mimpi di alam nyata. Belum genap satu bulan, prosesi berhenti. Saya agak kaget, meski tak menolak hasil. Ada sedikit kendala birokrasi yang agaknya juga menjadi kendala bagi sebagian developer. Pemangku kepentingan sama, kasus beda.

Raffa dan Arfan in action

Baiklah, mulai bulan ini aku berusaha memberi nafas janji-janji yang beranjak suri. Berbagi hal-hal yang tak penting namun melegakan.

Bila aku menulis perihal bisnis, wirausaha dan UKM, anda tak usah buru-buru menyangka aku seorang praktisi ulung. Tidak ada niat menggurui, hanya sekedar membuatkan mimpi. Karena sungguh amat jarang, pengusaha besar bisa membuatkan cerita sukses (dan gagal)-nya. Biasanya, niat ada, waktu tiada. Saya mewakili ketiadaan waktu mereka.

Bila ada jejak religi dalam goresan pena ini, itu juga bukan berarti aku berusaha membeli anggukan anda untuk mengamini pendapat saya. Sungguh aku tidak berani menjual murah ayat-ayat-Nya.

Bila ada cerita sukses di sini, itu juga bukan berarti aku menulis sosok malaikat berwujud insan yang tanpa alpa. Hanya desis kekaguman saja.

Bila...

Bila demikian, aku hanya berusaha membuatkan apa yang aku tahu, aku alami, aku rasakan, dan... aku impikan. Bagi anda, dan aku khususnya.

Semoga menggairahkan.
0 Komentar untuk "Usaha Kita Utang itu berjulukan Janji"

Back To Top